Rabu, 27 Maret 2013

Terungkap, Gunung Padang Lebih Canggih dari Piramida Mesir

Bangunan di Gunung Padang, Cianjur diperkirakan berusia jauh lebih tua dari piramida di Mesir. Hasil itu diperoleh berdasarkan temuan di Gunung Padang yang dianalisis di laboratorium Beta Analitic Miami di Florida, AS. Teknologi yang digunakan membangun bangunan tersebut itu pun lebih canggih jika dibandingkan dengan teknologi pembangunan yang digunakan dalam Piramida Mesir.

“Menunjukkan angka yang lebih tua daripada piramida Mesir. Laboratorium itu berstandar internasional dan menjadi rujukan para peneliti di dunia internasional,” jelas Arkeolog Ali Akbar saat berbincang, Selasa (26/3/2013).

Ali mengurai hasil penelitiannya, terkait temuan di lapisan-lapisan tanah di Gunung Padang, yakni. umur dari lapisan tanah di dekat permukaan, 60 cm di bawah permukaan, sekitar 600 tahun SM. Ini merupakan hasil carbon dating dari sampel yang diperiksa di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN).

Jadi berdasarkan penelitian laboratorium, usia bangunan di Gunung Padang kuat dugaan buatan leluhur manusia Indonesia. Nah, dengan melihat konstruksinya juga, bangunan di sana lebih canggih teknologinya dibandingkan dengan piramida Mesir yang berusia ratusan tahun sebelum masehi. Bangunan di Gunung Padang menggunakan perekat purba.

“Piramida sepengetahuan saya tidak pakai perekat. Konstruksinya adalah balok-balok batu besar yang saling ditumpuk sehingga balok bagian atas memberi beban ke balok di bawahnya,” imbuhnya.

Juga, dapat disimpulkan bahwa situs Gunung Padang dibangun di atas tanah urukan atau telah terdapat campur tangan manusia atau pekerjaan tangan masyarakat sampai dengan kedalaman 12 meter.

“Hasil geolistrik menunjukkan kemungkinan struktur batuan bisa mencapai kedalaman 8 meter. Diibaratkan zaman sekarang, sebelum membuat bangunan, dibuat dulu pondasinya. Dapat dibayangkan bahwa nenek moyang kita membuat pondasinya saja sudah 8 meter, berarti bangunan berdiri di atas pondasi pasti sangat besar ukurannya,” tuturnya.

Senin, 18 Maret 2013

Kekuatan Kata-Kata


Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga
pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia
adalah pengemis yang mengharapkan belas
kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang
di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di
depan anak itu dengan hanya beberapa keping
uang receh di dalamnya, sedangkan kedua
tangannya memegang sebuah papan yang
bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan
anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan
beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya
ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu
memandang dan memperhatikan tulisan yang
terpampang pada papan. Seperti sedang
memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-
gerak.
Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu,
membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di
atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian
mengembalikan papan tersebut, lalu pergi
meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang
recehan pengunjung supermarket mulai mengalir
lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari
satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh.
Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.
Beberapa waktu kemudian pria itu kembali
menemui si anak lalu menyapanya. Si anak
berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan
apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria
itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat
indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya
hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya
orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin
pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar
kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi
atas dasar terima kasih karena telah diingatkan
untuk selalu bersyukur.”
Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk
menambah penghasilanmu, saya ingin memberi
pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100
alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih
ada 1000 alasan untuk tersenyum.”